Dipertemukan dengan teman hidup yang tepat mungkin menjadi doa hampir semua orang. Tepat bisa jadi sebenarnya adalah waktu. Jika yang dimaksud adalah soal karakter, sulit untuk mentukan yang tepat sesuai dengan apa yang kita inginkan. Tidak selalu kisah cinta berjalan manis dan indah seperti yang kita bayangkan. Seperti melihat kisah cinta Shinta dan Rama di Ramayana, diceritakan mereka hidup bahagia, permasalahan besar akhirnya terselesaikan dengan kembalinya Shinta kepada Rama dan meninggalnya Rahwana. Apa iya? Tulisan kali ini menceritakan pilihan Rahwana, sosok yang dilambangkan sebagai dosa manusia akan tetapi dia adalah seorang ksatria, raja yang dicintai rakyatnya.
Definisi tepat menjadi sulit untuk disampaikan karena yang menurut pribadi satu tepat belum tentu menjadi tepat untuk pribadi lain. Yang tidak pernah terpikirkan ternyata malah itu yang diterima. Hidup memang sedinamis itu. Penuh kejutan. Ada yang punya banyak pilihan untuk menentukan apa yang akan dilakukan selanjutnya, ada yang punya sedikit pilihan dan serba terbatas. Shinta memilih untuk berbakti kepada ayahnya Prabu Janaka dengan menjadi istri Rama sebagai pemenang sayembara. Mungkin itu waktu yang tepat untuk Shinta dan Rama.
Lalu bagaimana dengan Rahwana? Seperti cerita yang beredar, kisah cintanya berakhir tragis. Apa sebenarnya yang dilakukan Rahwana hingga akhirnya cintanya harus bertepuk sebelah tangan? Tidak ada yang salah. Rahwana baik-baik saja dengan dia apa adanya. Hanya saja takdir para dewa menyatakan bahwa Rahwana adalah lambang dosa-dosa manusia walaupun pada kenyataannya di bumi, dia adalah raja yang dicintai rakyatnya. Mungkin memang pilihan Rahwana untuk tidak bersama dengan orang yang dicintainya. Mungkin dia telah bertemu dengan orang yang tepat tapi tidak di waktu yang tepat yaitu ketika Shinta telah menjadi istri dari Rama Wijaya.
Tidak mudah untuk mencintai seseorang apalagi berhenti untuk mencintai tanpa adanya alasan khusus seperti rasa sakit hati, kecewa dan hilang. Ada satu alasan lagi yang mungkin bisa digunakan untuk berhenti mencintai yaitu ikhlas. Ada yang mengatakan kita sudah bisa merasa bahagia ketika orang yang kita cintai bahagia hidup dengan orang lain. Mengikhlaskan orang yang kita cinta karena orang lain adalah yang tepat untuknya. Tapi ternyata belum tepat untuk kita yang mengikhlaskan. Nanti juga tepat, kalau kita sudah ikhlas. Bagaimana dengan Rahwana? Dia memilih berjuang untuk mendapatkan cintanya hingga akhirnya dia meninggal sebelum mengikhlaskan Shinta kepada Rama. Tetapi mungkin itu adalah bahagianya Rahwana dengan memilih untuk tidak menyerah.
12 tahun lamanya Rahwana membawa Shinta ke Alengka, memperlakukan Shinta dengan sangat baik, hormat, dan tulus hati tanpa sedikitpun menyentuhnya. Bukan berarti menyetujui Rahwana menculik Shinta adalah hal yang tepat karena bagaimanapun Shinta sudah menjadi istri Rama. Keputusannya untuk sangat menghormati dan menjaga Shinta selama belasan tahun benar-benar membuktikan bahwa Rahwana adalah seorang ksatria. Dia harus berhadapan dengan masalah hati yang sulit untuk diatasi dengan bermain logika. Sulit.
Selama ini di Indonesia cerita yang berkembang adalah Ramayana, yaitu kisah dari perspektif Rama Wijaya bahwa dia adalah tokoh baik dan Rahwana adalah tokoh jahat. Cerita versi Ramayana muncul dari India, sedangkan Rahwayana versi yang berseberangan dengan versi India berkembang di negara Sri Lanka yang dulu disebut sebagai Alengka. Di tengah tulisan disebutkan bahwa Rahwana adalah seorang raja yang sangat dicintai rakyatnya. Bahkan Dasamuka yang menjadi nama lain Rahwana diberikan sebagai wujud penghormatan kemampuan Rahwana di 10 bidang yaitu tata-negara, militer, bela-diri, kesehatan, sastra, musik, irigasi, agraria, astrologi, dan teknologi dirgantara. Sayang hidupnya harus berakhir ketika dia memperjuangkan cinta sejatinya. Bukan sayang, sebenarnya tidak ada yang sia-sia selama yang dilakukan adalah yang menurutnya benar. Memang itu pilihan Rahwana.
———
References:
https://www.ayojakarta.com/read/2019/11/23/8260/rahwanayana
https://medium.com/@ruddy08/sepenggal-kisah-cinta-rahwana-d4d3eb4fa47c
Baca tulisan sebelumnya: https://dyastunia.com/opinion/ump-umk-cukup-itu-pakai-rasa-bukan-logika/