Opini

Jawa, Sunda, Rohingya, Kita Sama

Imagine there’s no countries
It isn’t hard to do
Nothing to kill or die for
And no religion, too
Imagine all the people
Livin’ life in peace

Imagine by John Lennon

Seperti yang dinyanyikan John Lennon, bayangkan jika tidak ada yang namanya negara. Tidak ada Amerika, Inggris, Indonesia, Myanmar dan negara-negara lain. Mungkin orang tidak perlu repot untuk saling bunuh berebut kekuasaan. Bedanya aku sebagai Suku Jawa, kamu Suku Sunda, dan dia etnis Rohingya, sama-sama manusia yang menumpang hidup menyambung nyawa, apa bedanya? Tidak ada. Pada hakikatnya kita semua sama.

Sebagai sebuah etnis marginal di negara Myanmar, kedudukan orang-orang Rohingya semakin tergusur dengan menjadi objek penyiksaan sejak tahun 1962, bahkan dengan status bukan warga negara sejak Myanmar merdeka. Tidak diakui di tempat mereka pertama kali membuka mata, ketakutan untuk sekadar bertahan hidup, mereka masih berjuang untuk mencari rumah yang paling tidak menyandang kata layak. Berlayar dari negara Bangladesh, mereka mencari perlindungan dengan tujuan negara yang mau menerima mereka setidaknya untuk bisa meluruskan badan, salah satunya yaitu Indonesia.

Pengungsi Rohingya. Photo by: KOMPAS/ZULKARNAINI

Memang Indonesia menjadi salah satu negara yang menerima pengungsi Rohingya, akan tetapi negara ini belum termasuk sebagai pihak Konvensi 1951 dan Protokol 1967. Mengapa belum termasuk ke dalam konvensi dan protokol tersebut karena sebuah negara anggota harus dapat memenuhi hak kebebasan beragama, hak untuk bekerja dan menerima upah, hak untuk memiliki rumah, hak untuk mendapatkan pendidikan, dan lain-lain. Indonesia sendiri belum mampu untuk memenuhinya dilihat dari angka pengangguran dan pemilik rumah belum layak masih cukup tinggi. Setidaknya kita masih bisa memberikan beberapa ruang untuk mereka tinggal.

Santernya media sosial, menggiring banyak opini bahwa orang-orang Rohingnya terlalu merepotkan negara Indonesia, bertindak kriminal melakukan kejahatan ke warga Indonesia, berperilaku liar, dan sebagainya. Have you checked?? Untuk mengobati keraguan coba kita lihat apa yang diberikan Indonesia kepada pengungsi Rohingya. Tidak ada hukum yang mendasari kita menaruh anggaran ke pengungsi rohingya sekadar untuk makan, minum, pakaian layak, dan rumah. Tidak ada APBN yang dikeluarkan untuk memenuhi hal tersebut, karena kehidupan mereka ditanggung oleh sebuah badan bernama UNHCR (United Nations High Commissioner for Refugees) resmi dari PBB yang diberikan tanggungjawab untuk bisa merawat dan melindungi pengungsi di seluruh dunia yang berasal dari para donatur. Belum bisa menjadi alasan kalau menyalahkan pemerintah menghabiskan uangnya untuk warga lain yang bukan warga negaranya sendiri, karena memang tidak menggunakan uang itu. Tentang tindakan kriminal yang disebarluaskan oleh media, apa iya kita kemudian langsung bisa menghakimi?

Ada sisi lain yang harus dibaca, diulas, dan dipahami kembali apa yang terjadi kepada para pengungsi Rohingya. Kita yang lebih beruntung punya tempat tinggal layak, makan cukup, dan lingkungan yang saling mendukung, let’s just do our part! Kita bisa bantu sesuai porsi dalam bentuk apapun, karena aku yang Jawa, kamu Sunda, dan dia Rohingya, pada hakikatnya kita sama. Manusia.

Referensi:
1. Kompaspedia
2. Hukum Online



1 thought on “Jawa, Sunda, Rohingya, Kita Sama”

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *