Alasan Kenapa Olahraga Lari
Opini

Kenapa “Lari”? Kenapa Bukan Olahraga Lain?

Apapun pilihan olahraga yang diambil, sebenarnya hasilnya sama saja, yaitu tergantung tujuan kita berolahraga itu buat apa dan kenapa. Ada yang memilih berolahraga lari untuk menjadi lebih sehat, sekadar mengisi waktu luang, menjaga atau membentuk postur tubuh tertentu, buat pelampiasan haha, dan olahraga buat orang lain terutama keluarga. Pernah satu hari ketemu dengan salah satu pelari di Coast to Coast 2022, ketika berbincang sambil menonton Ibu-ibu bermain “gejog lesung” atau kesenian tradisi bermain musik dengan lesung (alat menumbuk padi), dia bercerita bahwa dia berlari untuk ibunya. Ya. Buat Ibu. Ibunya sedang sakit, pelari ini ingin memastikan dia tetap sehat dengan rajin berolahraga agar bisa menjaga ibunya. “I run for my mom.” begitu katanya. Aseliii langsung merinding dengernya.

Kalau ditanya kenapa memilih lari dari olahraga yang lain, mungkin karena saat ini paling merasa nyaman dengan olahraga lari. Ada beberapa cabang olahraga lain seperti badminton, muaythai, dan home workout yang juga dilakukan akhir-akhir ini, tetapi olahraga lari yang memiliki intensitas cukup banyak. Coba perhatikan, sudah pernah dengar “Kamu kalau nggak lari ada yang kurang gitu ya?” “Si paling larik.” “Tumben nggak lari?” “Cari tempatnya yang bisa dia lariii.”? Selamat! Berarti aktivitas larimu sudah cukup banyak dan jadi bahan perbincangan orang-orang di sekitarmu hahaha. Kalau ada yang menjawab alasan lari karena olahraga paling murah, emmm dari penulis pribadi kok tidak menemukan ya murahnya di mana. Lagi-lagi tergantung kebutuhan masing-masing individu, bisa dibuat murah dan bisa dibuat tidak karena tergantung pilihan. Lari tidak bisa dibilang murah ketika mulai mengenal sepatu yang nyaman buat lari, jersey, celana, topi, earphone, belt, belum lagi menebus foto-foto dari para fotografer untuk diunggah ke media sosial, sunblock agar tetap shining shimmering splendid, energy gel dan masih lagi. Intinya mahal kalau memang niat untuk dibuat mahal. Haha

Di paragraf sebelumnya tertulis, untuk saat ini olahraga lari menjadi yang paling nyaman untuk penulis. Bukan berarti penulis adalah pelari profesional ya, tentu saja bukan. Sebutannya apa ya, mungkin pelari ala-ala atau rekreasional hahaha. Diurutkan berdasarkan faktor yang paling berpengaruh, di bawah ini adalah beberapa alasan kenapa bertahan dengan olahraga lari:

Cheering di Race

Mungkin karena alasan ini, pertama kali muncul rasa mulai suka seperti jatuh cinta (eaa sampai sini udah kesel belum bacanya?) dengan olahraga lari. Di setiap acara-acara marathon seperti Borobudur Marathon, Bali Marathon, Jogja Marathon ada yang disebut dengan cheering atau penyemangat untuk peserta lari yang dilakukan oleh orang-orang di beberapa titik sepanjang rute marathon. Orang-orang yang melakukan cheering beranekaragam mulai dari warga sekitar race venue, panitia, pelajar, dan seniman dengan konstum-kostum unik mereka. Kalau pengalaman penulis itu ketika ikut serta di Friendship Run salah satu rangkaian acara dari Borobudur Marathon 2019. Warga sekitar Borobudur terlibat mulai dari menjadi tenant di race village hingga cheering di sepanjang rute.

Di tengah berlari menikmati indahnya pemandangan di sekitar Borobudur, di pinggir jalan banyak warga dengan kostum Tari Dayakan atau Topeng Ireng, bahkan anak-anak dengan seragam sekolahnya berteriak “Semangat, Mbak!” “Ayo ayo semangat Mbaaakkk”, melakukan high five dengan mereka, ikut ketawa, senyum bahagia, sampai lupa kalau sedang berlari itu rasanya bahagia. Melihat mereka senyum memberi semangat menebar energi baik itu rasanya seperti ikut terseret ke dalam energi mereka. Bahagia. Dari momen itu lah, ada keinginan untuk bertemu dengan cheering-cheering berikutnya salah satunya setelah momen di Borobudur adalah cheering di Bali. Warga Bali memang hospitalitynya juara no debat.

Biar Tetap Bisa Makan “Enak”

Nah definisi makan enak di sini lebih ke makanan-makanan yang cenderung punya kolesterol tinggi hahahah. Bukan contoh yang bisa ditiru yaa, tetapi dengan berlari kita bisa sedikit lebih menjaga porsi makan yang tidak sehat. Kontrol makan, dan makan sehat itu penting. Tetapi susahnya luar biasa kalau makanan favoritmu salah duanya adalah sate kambing dan ayam goreng tepunggg hahahahahah. Setidaknya dengan berlari, lemak-lemak yang berlebih bisa cepat terbakar dan diubah menjadi energi untuk berlari dan tidak perlu disimpan di tubuh terlalu lama.

Menjaga Kondisi Mental

Di tengah gempuran insecurity, hustle culture, bully, broken heart halah, kondisi mental kita lebih terjaga dan tertata. Kok bisa? Secara medis, selain bermanfaat untuk kondisi fisik, berlari juga bermanfaat untuk kondisi mental. Ketika berlari, kita memproduksi hormon endorphin yang menimbulkan rasa bahagia. Karena sirkulasi darah ke otak juga semakin meningkat, dikutip dari WebMD: Mental Health Benefits of Running, otak dapat merespon rasa stress sehingga bisa memperbaiki suasana hati. Selain itu pola tidur juga lebih tertata, karena berlari harus mempunyai pola tidur yang baik. Jadi kalau ada yang mengajak keluar terlalu malam, bisa ditolak dengan alasan “Aduh aku pagi mau lari.” hahahah. Tidur cukup juga membantu tubuh lebih gampang bangun lebih pagi dari biasanya yang secara tidak langsung ikut memperbaiki kualitas tidur. Selain itu, buat kalian yang mungkin gampang marah , setelah sering berlari bisa membantu lebih toleran terhadap hal-hal yang menguji kesabaran. Berlari termasuk menjaga diri tetap tenang dari mulai garis start hingga finish dengan tidak terbawa emosi dengan hal-hal sekitar yang mengganggu karena ada target yang harus dicapai. Tetapi terkadang ketika marah justru larinya juga lebih cepat hahahahah. Terasa lelah, tetapi terlampiaskan. Uhuyy.

Lebih Mengenal Kondisi Lingkungan Sekitar

Nah ini terutama alasan pelari rekreasional benar-benar bisa menikmati rute yang ditempuh. Jalan tanjakan dan turunan sedikit saja sangat terasa karena dengan berlari kita bisa melihat lebih rinci lingkungan yang sedang kita datangi. Lari tidak melulu soal race dengan menempuh waktu terbaik, tetapi juga lari dengan kecepatan yang cenderung lebih pelan atau jogging, istilah yang spesifik lagi adalah easy run. Kecepatan yang pas untuk bisa ngobrol atau ngegosip dengan pelari lain, dan melihat lingkungan sekitar. Misalnya ketika berlari di Nusa Dua dengan lingkungan taman mereka yang tertata rapi, hijau dan bersih, kemudian banyak usaha-usaha spa di sepanjang jalan dan uniknya pernah bertemu anjing yang terus mengikuti penulis ketika berlari di Nusa Dua. Manis sekali. Atau ketika lari di Ubud, kita bisa melihat monyet-monyet bergelantungan lincah, beberapa galeri dari para seniman, dan menikmati sejuk dan hijaunya daerah Ubud. Hal-hal yang kadang terlewatkan bisa kita temukan ketika berlari.

Kenalan dengan Pelari yang Beranekaragam

Ada beberapa tipe pelari yaitu yang lebih suka lari sendirian, lari bersama dengan komunitas, atau malah kombinasi keduanya. Ada beberapa momen ketika kita ingin berlari sendiri karena punya target, lebih nyaman tidak ditemani orang lain, atau memang ingin berkontemplasi dengan diri haha. Ada juga yang berlari bersama dengan komunitas, pasangan, atau rekan kerja biasanya juga digunakan sebagai wadah untuk terus bersosialisasi. Ketika berlari semuanya terlihat sama, fokus berlari. Tetapi ketika lari selesai, saling bercengkerama menceritakan berbagai topik mulai dari lari itu sendiri, hingga beberapa hal yang terkait dengan profesi masing-masing yang beranekaragam. Mulai dari seniman, figur publik, dokter, banker, barista, fotografer, freelancer, direktur di perusahaan pun ada. Sangat beranekaragam. Dari berbagai latar belakang yang berbeda tersebut, ada satu irisan yang menjadi penyambung sebuah komunitas yaitu minat untuk melakukan olahraga lari. Semakin banyak sudut pandang, semakin kaya wawasan yang kita punya bukan?

Kembali lagi dengan kebutuhan masing-masing, apa yang sebenarnya menjadi tujuan utamamu untuk berlari. Menikmati setiap tahapan di hidup dengan cara yang dipilih tentu saja kita akan memilih yang tepat untuk versi kita. Kalau nyaman lari ya lari, tinju ya tinju, rebahan ya rebahan, yang penting kamu bahagia melakukannya dan tidak merugikan orang lain. Itu sudah cukup. Jadi lakukan apapun yang kamu suka yaaaa.

Regards,
Nia yang abis jatuh karena lari. Luv!

Resource: https://www.webmd.com/fitness-exercise/how-running-affects-mental-health

Read More Articles: http://dyastunia.com/id/opini/gerakan-indonesia-raya-bergema/

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *