Gaya hidup sudah menjadi kebutuhan yang selalu ingin dipenuhi oleh beberapa orang, mulai dari gaya berpakaian, berbicara, barang-barang di rumah, hingga aktivitas sehari-hari. Museum Sonobudoyo yang merupakan salah satu museum di Yogyakarta menyajikan secara rinci bagaimana gaya hidup masyarakat Jawa dan sekitarnya berkembang, mulai dari zaman prasejarah ketika masyarakat hanya mengenal berburu untuk bertahan hidup hingga masyarakat yang mulai paham akan nilai estetik seperti kerajinan membatik dan ukiran-ukiran di beberapa barang. Museum ini seolah mengajak pengunjung untuk menelusuri bagaimana gaya hidup pada waktu itu terus menyesuaikan diri dengan perubahan masyarakat yang dinamis.
Bulan ini tepatnya tanggal 4 – 24 Agustus 2020, Museum Sonobudoyo menyelenggarakan pameran yang memperlihatkan gaya hidup Jawa di era kolonialisme. Pameran ini bertajuk “Rajata” yang berarti ‘perak’ dalam bahasa Sansekerta. Pameran Rajata adalah sebuah wadah untuk menengok bagaimana gaya hidup masyarakat Jawa beralkulturasi dengan budaya Belanda di era akhir abad 19. Pengunjung disajikan beberapa bukti gaya hidup pada waktu itu lewat koleksi perak mulai dari peralatan rumah seperti alat makan dan minum, tempat rokok, pengering tinta, pakinangan, souvenir, dan sebagainya. Beberapa koleksi perak di museum ini salah satunya berasal dari Kunstambachtsschool atau Sekolah Seni Kerajinan yang dibangun oleh Java Instituut yang juga merupakan salah satu lembaga yang ikut mendirikan Museum Sonobudoyo.
Pameran Rajata ini menarik untuk dikunjungi karena pengunjung benar-benar disajikan benda-benda perak dengan corak hasil akulturasi budaya Jawa dan Belanda sehingga menciptakan beberapa benda dengan corak yang menarik pula untuk dinikmati keindahannya. Apabila koleksi di museum pengunjung diberikan bagaimana gaya hidup masyarakat Jawa berkembang, di Pameran Rajata diberikan koleksi yang lebih rinci bagaimana budaya Eropa khususnya Belanda sangat mempengaruhi gaya hidup budaya Jawa. Corak yang timbul akibat akulturasi dua budaya itu membentuk sebuah corak yang ‘kaya’ dan tentu saja menambah nilai perspektif masyarakat terhadap sesuatu lewat karya-karya yang dihasilkan.
Penting untuk melihat banyak hal dari sudut pandang yang berbeda, salah satunya peninggalan sebuah sistem kolonialisme. Bukan berarti kemudian setuju dengan penjajahan, akan tetapi bangsa Eropa datang salah satunya mengenalkan kerajinan perak yang secara tidak langsung mengajarkan pelaku industri untuk menambah nilai suatu barang dan tentu saja meningkatkan perekonomian pelaku industri tersebut salah satunya kerajinan perak di Kotagede yang mesih terus tumbuh hingga sekarang. Museum Sonobudoyo mampu menyajikan dengan baik bagaimana perpaduan dua budaya tersebut berkembang menjadi kerjasama yang menguntungkan khususnya lewat industri perak di Yogyakarta.
More about Museum Sonobudoyo, please do visit: http://sonobudoyo.com/id
More about my writing, please do visit: https://dyastunia.com
1 thought on “Pameran Rajata Museum Sonobudoyo: Sebuah Kolaborasi Menarik Antara Jawa dan Eropa”