Mumpung lagi Hari Anak Nasional, tulisan kali ini membahas tentang masa anak-anak yang terkadang sedikit dipandang sebelah mata karena pada waktu itu kemampuan mereka yang masih terbatas. Menurutku masa anak-anak ikut andil dalam pembentukan karakter seseorang di masa mendatang. Memang karakter akan semakin terbentuk dengan berbagai pengalaman yang orang alami semasa hidupnya. Akan tetapi masa anak-anak akan selalu dibawa dan dikenang, sampai usia yang akan mengikis apa yang kita ingat.
Saya pribadi menyukai anak-anak dengan berbagai tingkah mereka yang murni apa adanya, belum banyak tipu daya seperti yang orang dewasa lakukan. Terkadang, saya lebih memilih untuk ngobrol dengan anak-anak daripada dengan orang dewasa sekadar menanyakan apa yang sedang mereka lakukan, apa yang dipelajari di sekolah. Jawaban mereka beraneka ragam dan membahagiakan dengan sedikit saya bernostalgia. Bukan berarti ngobrol dengan orang dewasa tidak semenyenangkan ngobrol dengan anak kecil. Ada masanya masing-masing kapan kita butuh memilih siapa lawan bicara, karena anak-anak juga sangat bisa menyebalkan dengan tingkah mereka yang jail luar biasa hahahah. Gemas!
Kalau ditanya apa yang paling diingat ketika masih kecil, jawabannya pasti lupa. Lupa apa yang menjadi paling. Mungkin lebih ke kebiasaan aneh karena masih dibahas sampai sekarang sama orangtua kita seperti suka ngomong sendiri lah, memakai handuk jadi rambut palsu lah. Oh mungkin majalah pertama Bobo yang terbit tahun 1996 menjadi salah satu yang paling berkesan. Atau mungkin film-film musikal seperti Disney yang masih terus diingat sampai sekarang dan ada satu film keluarga yang menurut saya menjadi salah satu mahakarya film terbaiknya Indonesia yang beberapa Minggu lalu BTSnya (behind the scenes) dirilis ulang di YouTube oleh Miles Films.
Miles Films atau Miles Productions menurut saya pribadi menjadi salah satu rumah produksi film terbaik di Indonesia. Lucunya saya baru sadar sekitar satu tahun terakhir ini. Memang salah satu film favorit “Petualangan Sherina” mereka yang membuat. Akan tetapi untuk melirik memerhatikan dari sisi produksi filmnya baru sempat terpikirkan tahun kemarin setelah bertemu langsung dengan Mira Lesmana, pendiri Miles Films, dan partner andalannya, Riri Riza di salah satu hotel di Jogja. Pada waktu itu mereka memaparkan project film terbaru mereka yaitu “Humba Dreams” yang bercerita tentang lika-liku kehidupan di tanah Sumba. Gila juga mereka. Gila dalam artian proses mereka memproduksi film analisisnya sedalam itu. Akhirnya saya memutuskan untuk ikut menyaksikan screening film “Humba Dreams” dan menurut saya ya mereka berhasil menyampaikan apa yang mereka ingin ke wujud sebuah film yang baik.
Sedangkan di Film “Petualangan Sherina”, ini lebih gila lagi sih. Nonton btsnya di YouTube sambil sedikit merinding dan bisa senyum-senyum sendiri. Di situ diceritakan secara rinci bagaimana proses pembuatan film “Petualangan Sherina”. Lagi-lagi ya mahakarya memang sebuah hasil dari usaha-usaha keras dan cerdas orang-orang di dalamnya. Mulai dari alur ceritanya, bagaimana mengemas nilai hidup yang berat untuk diajarkan menjadi sederhana untuk disampaikan tentu saja dengan sinematografi luar biasa yang mereka ciptakan.
Kenangan-kenangan masa kecil yang selalu ada benang merah dengan kejadian sekarang sedikit merubah cara pandang kita dalam menilai sesuatu. Bukan merubah, mungkin lebih tepatnya menambah sudut pandang baru dalam menilai. Salah satunya film-film karya Miles Films itu tadi. Yang kita dapat dari menonton sebuah film musikal keluarga, nilai moralnya bisa kita bawa dan kenang hingga sekarang. Tugas saya, dan kamu adalah memastikan bahwa anak-anak di masa sekarang juga mendapatkan hiburan, dan pelajaran yang tentu saja berkualitas. Kita bantu lindungi dengan menghasilkan karya terbaik versi kita masing-masing juga tentunya. Selamat Hari Anak Nasional!